Rabu, 22 Januari 2014

Ketika Cinta Terbelah Dua

Ketika Cinta Terbelah Dua

Ada sepasang mata bening yang berkaca-kaca ketika ia bercakap denganku sore itu....


"Mama udah nggak cinta abang lagi ya?"
"Cinta..."
"Kenapa mama marah-marah terus?"
"Karena kamu bersikap buruk."
"Seperti apa?"
"Kamu rebut mainan adik, ambil jajanan adik, kamu lempar mainan adik, kamu kasarin adik."
"Adik juga sering ambil mainan abang. Kok, nggak dimarahin?"
"Karena adik masih kecil"
"Kalau masih kecil boleh bersikap buruk?"
"Bukan begitu, adik masih kecil jadi belum faham."
"Memangnya abang udah besar?"
"Sudah."
"Abangkan masih kecil."
"Abang udah sekolah, udah bisa ngerti."
"Abang pengen tetap kecil."
"Kenapa?"
"Biar mama tetap sayang dan gak marah-marah lagi."
"Mama sayang abang, kok."
"Tapi sekarang mama gak mau main sama abang lagi."
"Mama sibuk ngurusin adik."
"Mama juga gak mau senyum sama abang."
"Lho, mama kan senyum."
"Dulu selalu senyum. Sekarang nggak."
"Menurut abang begitu."
"Iya. Karena adik kan ma?"
"Bukan, kadang-kadang mama kehabisan waktu."
"Memangnya senyum itu lama, ma?"
"Bukan begitu, mama terlalu capek jadi malas senyum."
"Mama sedang bohong ya? kok mama senyum terus sama adik?"
"Begitu ya?"
"Karena adik masih kecil ya ma?"
"Emmm..."
"Karena adik lucu ya ma?"
"Nggg..."
"Karena adik gak nakal ya ma?"
"Eeeee..."

"Abang udah gak lucu ya ma?"
"Bukan..."
"Abang nakal ma?"
"Bukan..."
Lalu ia menjulurkan tangannya, meletakkan selembar kertas di pangkuanku dan berlari. Ini yang diberikannya.....

 

Duh, anakku! I'm so sorry....


Mungkin mulai hari ini kita harus bertanya pada diri sendiri, seberapa adil cinta kita dibagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar