Kamis, 27 Februari 2014

Asuransi Memang Penting!

Kemarin ada yang bilang, "Aku kan udah punya asuransi kesehatan dari kantor, mbak. Jadi nggak usah ikut asuransi lagi."
"Ah, masa' begitu?" tanyaku "Memangnya kamu bakal selamanya kerja disana?"
"Nggak sih, mbak. Tapi aku aman sementara ini. Kalau sakit nggak usah repot mikirin biaya lagi."
"Memangnya aman sementara aja cukup buat kamu? jangan sementara dong. Untuk seterusnya kalau bisa. Ingat loh, semakin tua usia kita semakin rentanlah kita kena sakit. Pegawai swasta kan pensiun diusia 55 tahun, lah terus saat kamu pensiun yang nanggung biaya sakit kamu siapa? semestinya enak-enak menikmati masa tua, eeeh malah ketar-ketir mikirin biaya sakit."
"Oooo iya juga ya..."

Berikutnya ada nasabah lain yang bilang, "Mbak, aku lebih suka investasi dalam bentuk benda aja. Seperti rumah, tanah, atau properti lain deh. Yang nyata gitu loh..."
"Investasi rumah? wah oke banget tuh. Menjanjikan juga. Tapi zaman sekarang memangnya ada rumah bagus yang cicilannya bisa Rp.500.000? Ada nggak sih? aku ragu deh. Mungkin ada juga rumah yang cicilannya berkisar diangka segitu. Kualitasnya? jangan tanya... silahkan duga sendiri. Harus dipikirkan juga, kualitas rumah tertentu biaya perbaikannya muahalllll banget. Sama seperti membeli rumah baru dengan harga yang sama, lebih malah! Yah, gimana nggak, lha wong baru beberapa bulan ditempati bocor dimana-mana, dinding keropos, pipa bocor, septic tank ngerembes. Ihhhh... nggak janji. Niatnya punya rumah untuk investasi eee malah bikin bangkrut.

"Kalo investasi tanah?"
"Tanah juga bagus kok. Tapi harus diingat menurut data statistik Badan Pertanahan Negara, 2006-2007 ada sekitar 2810 kasus sengketa pertanahan di Indonesia yang belum terselesaikan. Bahkan sengketa ini sampai masuk ke urusan hukum pidana. Anda mau menambah data statistik tersebut? Kalo mau, yaaaa ayo mulai berburu tanah."

" Lha jadi gimana dong?"
"Kalau aku sih, mending uangnya untuk ikut asuransi unitlink. Nggak perlu repot ngurusin ini itu. tinggal bayar, tinggal nikmatin hasilnya. Lima ratus ribu sebulan udah cukup."
"Oooo... iya juga ya!"

"Mbak, anakku sekolahnya masuk negeri aja. Biar gratis nggak usah mikirin biaya lagi."
"He..he..he.. kalau cita-citanya begitu, ya monggo..."
"Ngapain juga masuk sekolah swasta, cuma untuk gengsi doang. Sekolah negeri juga banyak yang bagus kok."
"Betul, aku juga tamat sekolah negeri kok. Dari mulai SD sampai Perguruan tinggi juga negeri. Fine-fine aja tuh. Tapi..... memangnya sekolah cuma butuh biaya SPP doang? nggak doang ah, ada elemen lain yang juga perlu dibayar. Gimana kalau anaknya pengen ikut les ini itu?, waktu SD pengen les bahasa korea, les nari kecak, les vokal, trus waktu SMP pengen les bahasa jepang, les piano dst dst. Nahhh, kalau nggak punya dana cadangan gimana? Masa' iya kita bilang,"Jangan macem-macem, cari yang gratisan aja." heeeee

Nah, Makanya ikut asuransi pendidikan. Meskipun sekolahnya pengen masuk  negeri tapi yang namanya pendidikan, kan bukan hanya disekolah? Butuh biaya bu!
"Ooooo... iya juga ya..."

Sekarang, sudah tau kan? asuransi itu memang penting!

 

 
 

Kamis, 20 Februari 2014

Kenapa Asuransi Penting?

Banyak orang ketika ditawarkan mengikuti asuransi malah mencibir sinis. Ada yang terang-terangan bilang "Ah, asuransikan cuma manis dibibir doang. Ujung-ujungnya malah bikin rugi." 

Tidak salah juga!
Buktinya memang banyak yang merasa tertipu setelah ikut asuransi. Uangnya dibawa kaburlah, Hasilnya nggak sepadanlah, sulit mengajukan klaimlah, atau banyak hal lainnya. 

Tapi juga tidak sepenuhnya benar. Menurut pendapatku, kebanyakan orang yang merasa tertipu adalah mereka yang tidak jeli sebelum mengambil keputusan ikut berasuransi. Bukan hanya itu, bahkan banyak yang ternyata "buta" dengan asuransi yang dia ikuti. Itu kesalahan fatal. 

Berasuransi semestinya dilakukan dengan pertimbangan matang. Apa yang ingin diasuransikan? Kenapa? Berapa premi yang harus dibayar? Untuk apa saja premi itu? apakah ada potongan? Jika diinvestasikan, kemana investasinya? banyak hal lainnya yang harus dipelajari. Jadi sebaiknya jangan sekedar ikut asuransi tanpa tau apa yang diikuti.

Banyak nasabahku memilih ikut berasuransi karena alasan-alasan pribadi. Apapun alasannya, aku menganggap semuanya benar. Jadi kenapa dong asuransi perlu? Nah, dari sekian banyak alasan itu ada beberapa yang bisa kurangkum, diantaranya:
  • Karena kita tak pernah tau kapan terjadi musibah, sakit, kecelakaan, kematian, atau butuh dana tambahan untuk ini dan itu. Bayangkan, jika tiba-tiba salah satu anggota keluarga kita sakit dan harus dirawat di rumah sakit padahal saat itu uang ditabungan sudah menipis atau malah tidak ada sama sekali. Betapa bingungnya. Atau malah yang lebih fatal, sang pencari nafkah kecelakaan dijalan dan meninggal, bayangkan jika ternyata orang-orang yang menjadi tanggungannya masih kecil-kecil, tapi istrinya tidak berpenghasilan. Ini banyak terjadi. Dan akhir ceritanya selalu menyedihkan. Untuk meminimalisir hal-hal yang seperti itulah makanya asuransi penting. Bukan karena kita tak mempercayai kemurahan Allah. Bukannnn, tapi karena Allah telah memberi aba-aba agar kita bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. 
  • Untuk investasi dimasa tua. Sadarkah anda bahwa tidak banyak orang yang hidup nyaman apalagi makmur diusia senja mereka. Kebanyakan orang-orang berusia tua justru menggantungkan hidupnya dari nafkah yang diberi anak-anaknya. Untung kalau anaknya juga hidup mapan, lha kalau tidak?? Nah,kesadaran inilah yang membuat banyak calon nasabahku memilih asuransi.
  • Untuk warisan. Ternyata banyak loh nasabahku yang mengikutsertakan anak-anaknya berasuransi diunit link untuk bekal mereka di masa dewasa. Bertahun-tahun dari sekarang saat lapangan pekerjaan makin sempit, para orangtua yang cerdas mempersiapkan sejumlah uang setiap bulannya untuk mempersiapkan modal usaha bagi anak-anaknya. 
Mungkin anda masih punya alasan lain untuk ikut berasuransi. Lalu, kenapa masih ditunda?

Rabu, 12 Februari 2014

MERTUA OH MERTUA....

Siapapun yang menikah pasti punya mertua, kecuali jika istri/suaminya yatim piatu. Seorang temanku bilang, "enaknya kalo nggak punya mertua." 
Ho..ho..ho ternyata dia sedang bete sama mertuanya. 

"Aku sebel banget, komentarnya gak pernah abis. Ini salah itu salah, malesss..."
"Lah, namanya juga orangtua bu.." kataku.
"Aku juga punya orangtua tapi gak pernah gitu-gitu amat."
"Beda dong ah..."
"Memangnya kamu bisa tetap tenang kalo mertuamu ngomentarin semua yang kamu lakukan? Anak kamu tuh makannya dijaga, biar gak sakit melulu. Suami kamu tuh kalo pulang mbok ya diurusin dulu, jangan dicuekin gitu!, Kamu jangan kebanyakan malesnya, liat disitu banyak debunya. Weeeee pusing banget!!!" jawab temanku.

Benar juga ya, kalo punya mertua 'serepot' itu, gimana caranya supaya bisa akur?
 
Sebenarnya dalam Islam kedudukan mertua itu mulia sekali loh. Posisi mereka disamakan dengan orangtua kita sendiri. Rido Allah ada pada rido orangtuamu, dan murka Allah ada pada murka orangtuamu. Begitu kata Rasulullah.

"Memangnya bisa menyayangi 'orangtuanya orang lain' seperti rasa sayang ke orangtua sendiri?" tanya temanku. "sepertinya konsepmu terlalu utopis" katanya lagi.
Aku berpikir sejenak, memang tidak mudah. 

Ibu kandung kita jelas-jelas punya buanyaaak sekali pengorbanan untuk kita. dari mulai ngelahirin, nyusuin, belom lagi ngurus ini itu yang gak bakal bisa terhitung. Tapi mertua, kan tidak? Namanya juga ketemu besar. Ketemu gara-gara kita nikah sama anaknya. Apa bisa dicintai sebanyak kita mencintai orangtua kandung?

Hmmm, aku nggak punya jawaban pasti. Tapi punya mertua memang kadang kala menyenangkan kadang kala menorehkan rasa sedih dan kesal. Apalagi jika punya mertua yang 'sulit'.

Ibu kandungku mungkin salah satu contoh yang bisa kusebutkan sebagai 'the most wanted mother in law'. Dia disayangi para menantunya, termasuk suamiku sendiri. Seberapa sayangnya, aku nggak bisa memastikan. Hanya saja perlu dicatat, suamiku pernah menyebut "kalo nggak nelpon mamak rasanya rindu". Yup, dia selalu rajin menelepon ibuku bahkan lebih rajin dari aku sendiri. 

Lalu ketika kutanya pada ibuku, apakah dia menyayangi para menantunya. Beliau dengan mantap bilang, "sayang."
"Kenapa?"
"Karena mereka menyayangi orang-orang yang mamak sayangi...."

Tidakkah itu benar?...

Jika kita tidak bisa menyayangi mertua kita  sebanyak yang kita hayalkan, mungkin kita bisa belajar menghormati mereka. Untuk aku pribadi sih, aku selalu berdoa, "Ya Allah, bantu aku untuk lebih mencintai mertuaku..." 

Selalu, dan selalu.
Jadi jika mertuaku mulai 'repot', aku bisa tetap tenang-tenang saja. Yah, namanya juga sudah cinta.... 

Minggu, 09 Februari 2014

Remember Me This Way


Every now and then we find a special friend
Who never lets us down
Who understands it all, reaches out each time you fall
You're the best friend that I've found...
 

Nggak sengaja mendengar lagu Remember Me This Way dari Jordan Hill di sebuah stasiun tv swasta. Mungkin karena pengaruh suasana atau memang lagi melow, lagu itu membawaku ke sebuah perasaan lain. Tiba-tiba jadi teringat orang-orang dari masa lalu. Iya yah, apa yang mereka ingat tentang aku? apa aku cukup punya tempat untuk di ingat?

Pembaca, pikirkan sebentar, jika anda pass away tiba-tiba, apa yang diingat orang-orang tentang anda? apa yang diingat para tetangga? rekan kerja? saudara-saudara? orangtua? atau anak-anak anda? Apa yang mereka ingat tentang anda? APA?

Apakah anda sudah cukup memberi mereka senyuman? apakah anda sudah cukup membantu mereka? apakah keberadaan anda menjadi berkah buat mereka atau sebaliknya? apakah anda sahabat yang menentramkan atau malah lawan yang mengerikan? apakah anda telah cukup memberi kebahagiaan? apakah anda telah cukup mendoakan mereka?

Jika aku ditanya "bagaimana aku ingin diingat?" 
Maka aku akan jawab, aku ingin diingat sebagai tetangga yang menjadi sahabat, aku ingin diingat sebagai anak yang tau mencintai orangtuanya, aku ingin diingat suamiku sebagai penenang kegalauannya dan aku ingin anak-anakku mengingatku sebagai ibu yang selalu memberi semangat.


 BAGAIMANA DENGAN ANDA?