Minggu, 16 Maret 2014

KIAT MEMILIH JENIS ASURANSI

Sekarang sudah tau kan kalau asuransi itu penting?
Nah, langkah berikutnya adalah menentukan jenis asuransi yang akan dipilih. 
Kalau punya banyak uang sih, semua asuransi inginnya diikuti. Mulai dari asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dana pensiun, rumah, mobil dan sebagainya. Tapi gimana dong kalau uangnya terbatas? Ini dia yang jadi pembahasan. 

Memilih asuransi gampang-gampang susah. Disebut gampang karena bisa dilakukan dengan hanya mengisi aplikasi, tanda tangan, bayar premi, udah deh! Disebut susah karena jika tidak dipikirkan dengan matang, maka dana asuransi kita tidak akan berfungsi maksimal seperti yang diharapkan. Supaya tidak salah pilih, sekarang coba pikirkan dulu, APA YANG PALING PENTING?

Jika anda adalah pencari nafkah tunggal dalam keluarga, atau anda adalah ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pendapatan dari suami, maka yang terpenting adalah mengikuti asuransi jiwa bagi si pencari nafkah. Kenapa? karena jika terjadi musibah (meninggal, cacat tetap total) terhadap si pencari nafkah maka anda dan anak-anak anda aman dari krisis finansial. Anda tentu tidak ingin meninggalkan anak-anak dalam kondisi "lemah" bukan?  Ingat loh, kefakiran dekat pada kekufuran. 

Lalu apa lagi? nah, jika anda punya anak. Ingat bahwa anak adalah aset masa depan yang harus diasah dengan pendidikan yang mumpuni. Nggak bisa dibiarkan begitu saja seperti anak kucing :) Jadi, ikutilah asuransi pendidikan supaya generasi kita cerdas. Seperti kita ketahui inflasi biaya pendidikan pertahun (katanya nih) mencapai 10-15%  looooo. Jadi perlu dipersiapkan matang-matang dari sejak awal sekali. Jangan sampai gara-gara biaya cita-cita anak jadi terhambat. 

Berikutnya, anda wirausaha? atau bekerja diperusahaan yang pelitnyaaaa minta ampun? Sangkinkan pelitnya perusahaan anda bahkan tidak mau menanggung biaya atas perawatan kesehatan anda. Ck...ckkk...ckk.. jika demikian adanya, maka anda wajib punya asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan bisa mengurangi tingkat "keparahan" sakit anda. Nggak percaya? ya coba saja anda bayangkan, lagi sakit jantung eeehh lihat tagihan rumah sakit angkanya buanyak banget. Makin sakit! dijamin. Nah, kalau ikut asuransi kesehatan, kan nggak perlu cemas soal angka. Pikiran tenang, menerima sakit dengan lebih ikhlas sembari tetap berusaha berobat. Insyaallah akan meringankan sakit. Bukan begitu?

Lalu apalagi dong? Nah, jika jiwa, kesehatan, dan pendidikan anak-anak, sudah "diamankan" anda bisa mulai pertimbangkan untuk ikut asuransi investasi. Sama seperti menabung sebenarnya, tapi dengan nilai plus yang lebih banyak. Misal, kalau dengan mendepositokan uang anda bisa mendapat bagi hasil atau bunga sekitar 7-8% maka dengan menginvestasikannya diasuransi unitlink anda bisa mendapatkan 20-50%, atau mungkin bisa lebih. Jika menabung biasa anda hanya bisa menyimpan uang saja, maka diasuransi anda bisa mendapat tambahan manfaat, misalnya pertanggungan jiwa, sakit kritis, atau kecelakaan, atau lainnya. Begitu....

Sekarang sudah lebih mengerti, kan? saya harap demikian. Untuk episode ini, cukup sekian dulu. Sekalian memberi waktu untuk anda, para pembaca, mempertimbangkan jenis asuransi yang menurut anda paling penting untuk anda ikuti. Ditunggu ya...

Kamis, 27 Februari 2014

Asuransi Memang Penting!

Kemarin ada yang bilang, "Aku kan udah punya asuransi kesehatan dari kantor, mbak. Jadi nggak usah ikut asuransi lagi."
"Ah, masa' begitu?" tanyaku "Memangnya kamu bakal selamanya kerja disana?"
"Nggak sih, mbak. Tapi aku aman sementara ini. Kalau sakit nggak usah repot mikirin biaya lagi."
"Memangnya aman sementara aja cukup buat kamu? jangan sementara dong. Untuk seterusnya kalau bisa. Ingat loh, semakin tua usia kita semakin rentanlah kita kena sakit. Pegawai swasta kan pensiun diusia 55 tahun, lah terus saat kamu pensiun yang nanggung biaya sakit kamu siapa? semestinya enak-enak menikmati masa tua, eeeh malah ketar-ketir mikirin biaya sakit."
"Oooo iya juga ya..."

Berikutnya ada nasabah lain yang bilang, "Mbak, aku lebih suka investasi dalam bentuk benda aja. Seperti rumah, tanah, atau properti lain deh. Yang nyata gitu loh..."
"Investasi rumah? wah oke banget tuh. Menjanjikan juga. Tapi zaman sekarang memangnya ada rumah bagus yang cicilannya bisa Rp.500.000? Ada nggak sih? aku ragu deh. Mungkin ada juga rumah yang cicilannya berkisar diangka segitu. Kualitasnya? jangan tanya... silahkan duga sendiri. Harus dipikirkan juga, kualitas rumah tertentu biaya perbaikannya muahalllll banget. Sama seperti membeli rumah baru dengan harga yang sama, lebih malah! Yah, gimana nggak, lha wong baru beberapa bulan ditempati bocor dimana-mana, dinding keropos, pipa bocor, septic tank ngerembes. Ihhhh... nggak janji. Niatnya punya rumah untuk investasi eee malah bikin bangkrut.

"Kalo investasi tanah?"
"Tanah juga bagus kok. Tapi harus diingat menurut data statistik Badan Pertanahan Negara, 2006-2007 ada sekitar 2810 kasus sengketa pertanahan di Indonesia yang belum terselesaikan. Bahkan sengketa ini sampai masuk ke urusan hukum pidana. Anda mau menambah data statistik tersebut? Kalo mau, yaaaa ayo mulai berburu tanah."

" Lha jadi gimana dong?"
"Kalau aku sih, mending uangnya untuk ikut asuransi unitlink. Nggak perlu repot ngurusin ini itu. tinggal bayar, tinggal nikmatin hasilnya. Lima ratus ribu sebulan udah cukup."
"Oooo... iya juga ya!"

"Mbak, anakku sekolahnya masuk negeri aja. Biar gratis nggak usah mikirin biaya lagi."
"He..he..he.. kalau cita-citanya begitu, ya monggo..."
"Ngapain juga masuk sekolah swasta, cuma untuk gengsi doang. Sekolah negeri juga banyak yang bagus kok."
"Betul, aku juga tamat sekolah negeri kok. Dari mulai SD sampai Perguruan tinggi juga negeri. Fine-fine aja tuh. Tapi..... memangnya sekolah cuma butuh biaya SPP doang? nggak doang ah, ada elemen lain yang juga perlu dibayar. Gimana kalau anaknya pengen ikut les ini itu?, waktu SD pengen les bahasa korea, les nari kecak, les vokal, trus waktu SMP pengen les bahasa jepang, les piano dst dst. Nahhh, kalau nggak punya dana cadangan gimana? Masa' iya kita bilang,"Jangan macem-macem, cari yang gratisan aja." heeeee

Nah, Makanya ikut asuransi pendidikan. Meskipun sekolahnya pengen masuk  negeri tapi yang namanya pendidikan, kan bukan hanya disekolah? Butuh biaya bu!
"Ooooo... iya juga ya..."

Sekarang, sudah tau kan? asuransi itu memang penting!

 

 
 

Kamis, 20 Februari 2014

Kenapa Asuransi Penting?

Banyak orang ketika ditawarkan mengikuti asuransi malah mencibir sinis. Ada yang terang-terangan bilang "Ah, asuransikan cuma manis dibibir doang. Ujung-ujungnya malah bikin rugi." 

Tidak salah juga!
Buktinya memang banyak yang merasa tertipu setelah ikut asuransi. Uangnya dibawa kaburlah, Hasilnya nggak sepadanlah, sulit mengajukan klaimlah, atau banyak hal lainnya. 

Tapi juga tidak sepenuhnya benar. Menurut pendapatku, kebanyakan orang yang merasa tertipu adalah mereka yang tidak jeli sebelum mengambil keputusan ikut berasuransi. Bukan hanya itu, bahkan banyak yang ternyata "buta" dengan asuransi yang dia ikuti. Itu kesalahan fatal. 

Berasuransi semestinya dilakukan dengan pertimbangan matang. Apa yang ingin diasuransikan? Kenapa? Berapa premi yang harus dibayar? Untuk apa saja premi itu? apakah ada potongan? Jika diinvestasikan, kemana investasinya? banyak hal lainnya yang harus dipelajari. Jadi sebaiknya jangan sekedar ikut asuransi tanpa tau apa yang diikuti.

Banyak nasabahku memilih ikut berasuransi karena alasan-alasan pribadi. Apapun alasannya, aku menganggap semuanya benar. Jadi kenapa dong asuransi perlu? Nah, dari sekian banyak alasan itu ada beberapa yang bisa kurangkum, diantaranya:
  • Karena kita tak pernah tau kapan terjadi musibah, sakit, kecelakaan, kematian, atau butuh dana tambahan untuk ini dan itu. Bayangkan, jika tiba-tiba salah satu anggota keluarga kita sakit dan harus dirawat di rumah sakit padahal saat itu uang ditabungan sudah menipis atau malah tidak ada sama sekali. Betapa bingungnya. Atau malah yang lebih fatal, sang pencari nafkah kecelakaan dijalan dan meninggal, bayangkan jika ternyata orang-orang yang menjadi tanggungannya masih kecil-kecil, tapi istrinya tidak berpenghasilan. Ini banyak terjadi. Dan akhir ceritanya selalu menyedihkan. Untuk meminimalisir hal-hal yang seperti itulah makanya asuransi penting. Bukan karena kita tak mempercayai kemurahan Allah. Bukannnn, tapi karena Allah telah memberi aba-aba agar kita bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. 
  • Untuk investasi dimasa tua. Sadarkah anda bahwa tidak banyak orang yang hidup nyaman apalagi makmur diusia senja mereka. Kebanyakan orang-orang berusia tua justru menggantungkan hidupnya dari nafkah yang diberi anak-anaknya. Untung kalau anaknya juga hidup mapan, lha kalau tidak?? Nah,kesadaran inilah yang membuat banyak calon nasabahku memilih asuransi.
  • Untuk warisan. Ternyata banyak loh nasabahku yang mengikutsertakan anak-anaknya berasuransi diunit link untuk bekal mereka di masa dewasa. Bertahun-tahun dari sekarang saat lapangan pekerjaan makin sempit, para orangtua yang cerdas mempersiapkan sejumlah uang setiap bulannya untuk mempersiapkan modal usaha bagi anak-anaknya. 
Mungkin anda masih punya alasan lain untuk ikut berasuransi. Lalu, kenapa masih ditunda?

Rabu, 12 Februari 2014

MERTUA OH MERTUA....

Siapapun yang menikah pasti punya mertua, kecuali jika istri/suaminya yatim piatu. Seorang temanku bilang, "enaknya kalo nggak punya mertua." 
Ho..ho..ho ternyata dia sedang bete sama mertuanya. 

"Aku sebel banget, komentarnya gak pernah abis. Ini salah itu salah, malesss..."
"Lah, namanya juga orangtua bu.." kataku.
"Aku juga punya orangtua tapi gak pernah gitu-gitu amat."
"Beda dong ah..."
"Memangnya kamu bisa tetap tenang kalo mertuamu ngomentarin semua yang kamu lakukan? Anak kamu tuh makannya dijaga, biar gak sakit melulu. Suami kamu tuh kalo pulang mbok ya diurusin dulu, jangan dicuekin gitu!, Kamu jangan kebanyakan malesnya, liat disitu banyak debunya. Weeeee pusing banget!!!" jawab temanku.

Benar juga ya, kalo punya mertua 'serepot' itu, gimana caranya supaya bisa akur?
 
Sebenarnya dalam Islam kedudukan mertua itu mulia sekali loh. Posisi mereka disamakan dengan orangtua kita sendiri. Rido Allah ada pada rido orangtuamu, dan murka Allah ada pada murka orangtuamu. Begitu kata Rasulullah.

"Memangnya bisa menyayangi 'orangtuanya orang lain' seperti rasa sayang ke orangtua sendiri?" tanya temanku. "sepertinya konsepmu terlalu utopis" katanya lagi.
Aku berpikir sejenak, memang tidak mudah. 

Ibu kandung kita jelas-jelas punya buanyaaak sekali pengorbanan untuk kita. dari mulai ngelahirin, nyusuin, belom lagi ngurus ini itu yang gak bakal bisa terhitung. Tapi mertua, kan tidak? Namanya juga ketemu besar. Ketemu gara-gara kita nikah sama anaknya. Apa bisa dicintai sebanyak kita mencintai orangtua kandung?

Hmmm, aku nggak punya jawaban pasti. Tapi punya mertua memang kadang kala menyenangkan kadang kala menorehkan rasa sedih dan kesal. Apalagi jika punya mertua yang 'sulit'.

Ibu kandungku mungkin salah satu contoh yang bisa kusebutkan sebagai 'the most wanted mother in law'. Dia disayangi para menantunya, termasuk suamiku sendiri. Seberapa sayangnya, aku nggak bisa memastikan. Hanya saja perlu dicatat, suamiku pernah menyebut "kalo nggak nelpon mamak rasanya rindu". Yup, dia selalu rajin menelepon ibuku bahkan lebih rajin dari aku sendiri. 

Lalu ketika kutanya pada ibuku, apakah dia menyayangi para menantunya. Beliau dengan mantap bilang, "sayang."
"Kenapa?"
"Karena mereka menyayangi orang-orang yang mamak sayangi...."

Tidakkah itu benar?...

Jika kita tidak bisa menyayangi mertua kita  sebanyak yang kita hayalkan, mungkin kita bisa belajar menghormati mereka. Untuk aku pribadi sih, aku selalu berdoa, "Ya Allah, bantu aku untuk lebih mencintai mertuaku..." 

Selalu, dan selalu.
Jadi jika mertuaku mulai 'repot', aku bisa tetap tenang-tenang saja. Yah, namanya juga sudah cinta.... 

Minggu, 09 Februari 2014

Remember Me This Way


Every now and then we find a special friend
Who never lets us down
Who understands it all, reaches out each time you fall
You're the best friend that I've found...
 

Nggak sengaja mendengar lagu Remember Me This Way dari Jordan Hill di sebuah stasiun tv swasta. Mungkin karena pengaruh suasana atau memang lagi melow, lagu itu membawaku ke sebuah perasaan lain. Tiba-tiba jadi teringat orang-orang dari masa lalu. Iya yah, apa yang mereka ingat tentang aku? apa aku cukup punya tempat untuk di ingat?

Pembaca, pikirkan sebentar, jika anda pass away tiba-tiba, apa yang diingat orang-orang tentang anda? apa yang diingat para tetangga? rekan kerja? saudara-saudara? orangtua? atau anak-anak anda? Apa yang mereka ingat tentang anda? APA?

Apakah anda sudah cukup memberi mereka senyuman? apakah anda sudah cukup membantu mereka? apakah keberadaan anda menjadi berkah buat mereka atau sebaliknya? apakah anda sahabat yang menentramkan atau malah lawan yang mengerikan? apakah anda telah cukup memberi kebahagiaan? apakah anda telah cukup mendoakan mereka?

Jika aku ditanya "bagaimana aku ingin diingat?" 
Maka aku akan jawab, aku ingin diingat sebagai tetangga yang menjadi sahabat, aku ingin diingat sebagai anak yang tau mencintai orangtuanya, aku ingin diingat suamiku sebagai penenang kegalauannya dan aku ingin anak-anakku mengingatku sebagai ibu yang selalu memberi semangat.


 BAGAIMANA DENGAN ANDA?

Selasa, 28 Januari 2014

Cacat???




Putraku punya kosakata baru; cacat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cacat artinya kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna yang terdapat pada badan, benda atau akhlak. 

Ketika melihat kucing melintas dengan jalan timpang, dia berteriak "Ma, kucingnya cacat." Saat melihat seekor semut berkaki lima dia juga teriak "Ma, ada semut cacat." Waktu memandang daun yang melengkung kedalam, dia lagi-lagi teriak, "Ma, daunnya cacat." Semua yang tidak umum katanya cacat. Dan dia sangat bangga dengan kata barunya itu.

Lalu di hari Sabtu yang indah, aku menemaninya test kenaikan tingkat taekwondo. Karena test dilaksanakan bersama dengan klub dari berbagai dujong maka suasananya sangat ramai. Aku beserta anakku memilih duduk di balkon sambil menunggu guliran. Jarak beberapa bangku di depan kami duduk seseorang yang memakai kaus ketat, bertubuh ramping, berkulit putih dan berambut lurus sepunggung. Dia membelakangi kami. Aku tak bisa melihat wajahnya.

Tiba-tiba, "Mamaaa, lihat! ibu itu cacat!" 
Aku langsung gelagapan. Bukan hal yang sopan mengatai seseorang cacat. "Husss hush huss..." kataku sambil menempelkan jari ke mulutnya. Tapi anakku terlalu bersemangat, dia menepis jariku dan berteriak, "Mama, lihat, lihat! ibu itu cacat." 

Aihhhh, karena merasa tak punya pilihan akhirnya kataku, "Ibu mana?" 
"Itu ma, yang pake baju putih."
"Mannnaaa?"
"Itu ma, itu..." jarinya menunjuk seseorang yang sedang duduk memunggungi kami.
Seseorang bertubuh ramping, berkulit putih, dan berambut panjang sepunggung.  
"Cacat???" tanyaku bingung.
"Iya, cacat!" jawabnya semakin semangat.
Lalu seseorang itu membalikkan wajahnya, ternyata dia laki-laki. Ada kumis melintang di atas bibirnya. 
"Mama lihat? ibu itu cacat. IBU ITU PUNYA KUMIS!" 
Aku melongo....

Lalu, "Itu laki-laki bang, bukan ibu-ibu."
"Kan rambutnya panjang ma."
"Dia laki-laki yang berambut panjang."
"Kok, laki-laki rambutnya panjang?? jadi seperti perempuan?"

Well, aku gak bisa menjawab. Iya yah, kenapa laki-laki rambutnya panjang?
(Maaf bagi pembaca yang kebetulan laki-laki berambut panjang). 
 
   

Rabu, 22 Januari 2014

Ketika Cinta Terbelah Dua

Ketika Cinta Terbelah Dua

Ada sepasang mata bening yang berkaca-kaca ketika ia bercakap denganku sore itu....


"Mama udah nggak cinta abang lagi ya?"
"Cinta..."
"Kenapa mama marah-marah terus?"
"Karena kamu bersikap buruk."
"Seperti apa?"
"Kamu rebut mainan adik, ambil jajanan adik, kamu lempar mainan adik, kamu kasarin adik."
"Adik juga sering ambil mainan abang. Kok, nggak dimarahin?"
"Karena adik masih kecil"
"Kalau masih kecil boleh bersikap buruk?"
"Bukan begitu, adik masih kecil jadi belum faham."
"Memangnya abang udah besar?"
"Sudah."
"Abangkan masih kecil."
"Abang udah sekolah, udah bisa ngerti."
"Abang pengen tetap kecil."
"Kenapa?"
"Biar mama tetap sayang dan gak marah-marah lagi."
"Mama sayang abang, kok."
"Tapi sekarang mama gak mau main sama abang lagi."
"Mama sibuk ngurusin adik."
"Mama juga gak mau senyum sama abang."
"Lho, mama kan senyum."
"Dulu selalu senyum. Sekarang nggak."
"Menurut abang begitu."
"Iya. Karena adik kan ma?"
"Bukan, kadang-kadang mama kehabisan waktu."
"Memangnya senyum itu lama, ma?"
"Bukan begitu, mama terlalu capek jadi malas senyum."
"Mama sedang bohong ya? kok mama senyum terus sama adik?"
"Begitu ya?"
"Karena adik masih kecil ya ma?"
"Emmm..."
"Karena adik lucu ya ma?"
"Nggg..."
"Karena adik gak nakal ya ma?"
"Eeeee..."

"Abang udah gak lucu ya ma?"
"Bukan..."
"Abang nakal ma?"
"Bukan..."
Lalu ia menjulurkan tangannya, meletakkan selembar kertas di pangkuanku dan berlari. Ini yang diberikannya.....

 

Duh, anakku! I'm so sorry....


Mungkin mulai hari ini kita harus bertanya pada diri sendiri, seberapa adil cinta kita dibagi?

Selasa, 14 Januari 2014

Children Learn What They Live

Untuk aku, kamu dan kita pikirkan...



Children Learn What They Live
(Anak Belajar dari Kehidupannya)
By: Dorothy Law Nolte

If a child lives with criticism, He learns to condemn.
(Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki)

If a child lives with hostility, He learns to fight.
(Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi)

If a child lives with ridicule, he learns to be shy
(Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri)

If a child lives with a shame, he learns to feel guilty
(Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri)

If a child lives with tolerance, he learns to be patient
(Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri)

If a child lives with encouragement, he learns to be confident
(Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri)

If a child learns with praise, he learns to appreciate
(Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai)

If a child lives with fairness, he learns justice
(Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan)

If a child lives with security, he learns to have faith
(Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan)

If a child lives with approval, he learns to like himself
(Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya)

If a child lives with acceptance and friendship, he learns to find love in the world
(Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan).