Rabu, 12 Februari 2014

MERTUA OH MERTUA....

Siapapun yang menikah pasti punya mertua, kecuali jika istri/suaminya yatim piatu. Seorang temanku bilang, "enaknya kalo nggak punya mertua." 
Ho..ho..ho ternyata dia sedang bete sama mertuanya. 

"Aku sebel banget, komentarnya gak pernah abis. Ini salah itu salah, malesss..."
"Lah, namanya juga orangtua bu.." kataku.
"Aku juga punya orangtua tapi gak pernah gitu-gitu amat."
"Beda dong ah..."
"Memangnya kamu bisa tetap tenang kalo mertuamu ngomentarin semua yang kamu lakukan? Anak kamu tuh makannya dijaga, biar gak sakit melulu. Suami kamu tuh kalo pulang mbok ya diurusin dulu, jangan dicuekin gitu!, Kamu jangan kebanyakan malesnya, liat disitu banyak debunya. Weeeee pusing banget!!!" jawab temanku.

Benar juga ya, kalo punya mertua 'serepot' itu, gimana caranya supaya bisa akur?
 
Sebenarnya dalam Islam kedudukan mertua itu mulia sekali loh. Posisi mereka disamakan dengan orangtua kita sendiri. Rido Allah ada pada rido orangtuamu, dan murka Allah ada pada murka orangtuamu. Begitu kata Rasulullah.

"Memangnya bisa menyayangi 'orangtuanya orang lain' seperti rasa sayang ke orangtua sendiri?" tanya temanku. "sepertinya konsepmu terlalu utopis" katanya lagi.
Aku berpikir sejenak, memang tidak mudah. 

Ibu kandung kita jelas-jelas punya buanyaaak sekali pengorbanan untuk kita. dari mulai ngelahirin, nyusuin, belom lagi ngurus ini itu yang gak bakal bisa terhitung. Tapi mertua, kan tidak? Namanya juga ketemu besar. Ketemu gara-gara kita nikah sama anaknya. Apa bisa dicintai sebanyak kita mencintai orangtua kandung?

Hmmm, aku nggak punya jawaban pasti. Tapi punya mertua memang kadang kala menyenangkan kadang kala menorehkan rasa sedih dan kesal. Apalagi jika punya mertua yang 'sulit'.

Ibu kandungku mungkin salah satu contoh yang bisa kusebutkan sebagai 'the most wanted mother in law'. Dia disayangi para menantunya, termasuk suamiku sendiri. Seberapa sayangnya, aku nggak bisa memastikan. Hanya saja perlu dicatat, suamiku pernah menyebut "kalo nggak nelpon mamak rasanya rindu". Yup, dia selalu rajin menelepon ibuku bahkan lebih rajin dari aku sendiri. 

Lalu ketika kutanya pada ibuku, apakah dia menyayangi para menantunya. Beliau dengan mantap bilang, "sayang."
"Kenapa?"
"Karena mereka menyayangi orang-orang yang mamak sayangi...."

Tidakkah itu benar?...

Jika kita tidak bisa menyayangi mertua kita  sebanyak yang kita hayalkan, mungkin kita bisa belajar menghormati mereka. Untuk aku pribadi sih, aku selalu berdoa, "Ya Allah, bantu aku untuk lebih mencintai mertuaku..." 

Selalu, dan selalu.
Jadi jika mertuaku mulai 'repot', aku bisa tetap tenang-tenang saja. Yah, namanya juga sudah cinta.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar